Sun Bun (Dr. Sun Yat Sen)
Tulisan ini sangat singkat, ditulis untuk
mengenang perjuangan, cita-cita dan karya Dr. Sun Yat Sen孫逸仙, sekaligus
peringatan bagi 100 tahun lahirnya Republik Tiongkok, yang dikenal dengan Doble
Ten day , 10-10-1911. Peristiwa ini dikenal pula dengan nama Kebangkitan
Wu Chang (Wuchang Uprising). Wu Chang adalah salah satu kota di propinsi Hubei.
Sekarang namanya diganti menjadi Wuhan.
Dr. Sun Yat Sen adalah seorang Tionghoa suku Hakka (khek), sama dengan kebanyak
orang Tionghoa di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat. Ia lahir di kota Hsiang Shan Guangdong, dari keluarga petani . Orang
Tionghoa Bangka Belitung memanggilnya SUN BUN (Mandarin : Sun Wen) nama asli
dari, Dr. Sun Yat Sen.alias Sun Zhong San.
Sun Bun muda adalah seorang yang penuh ambisi
untuk mengubah Tiongkok, menggulingkan tirani, menghilangkan feodalisme dan
melenyapkan monarki. Ia adalah seorang kristen yang taat, seorang pemikir
ulung, seorang pemimpin yang kharismatik. Ia berkali-kali lolos dari upaya
pembunuhan, salah satunya tergambar dalam film yang beredar luas di Indonesia
dan seluruh dunia “Bodyguards and Assassins” mengisahkan upaya pembunuhan
terhadap Dr. Sun Yat Sen孫逸仙 yang digagalkan secara tragis oleh para
pelindungnya. Namun, hingga akhir perjuangannya ia meninggal pada 12 Maret 1925.
Hari ini Dr. Sun Yat Sen menjadi Bapak Negera, Guo Fu国父 (Hakka : Kwet Fu) bagi
Tiongkok dan Taiwan.
Ia menjadi figur pemersatu bagi mereka.
Awal perjuangan Sun Bun tidaklah mudah selain
ancaman pembunuhan juga adanya pengkhianatan. Beberapa kali dia harus
diasingkan keluar dari Tiongkok. Bahkan, suatu waktu ia harus memindahkan pusat
organisasnya Tong Meng Hui di Singapura. Namun, semangatnya untuk mengubah
Tiongkok tidak pernah sirna. Bahkan ia mendapat dukungan luas dari Tionghoa
Perantauan (Hakka : Fa Khiuw). Kumpulan orang Hakka客家, Teochew, Hokkian福建,
Kongtung yang ada di Indonesia, Penang, Taiping, Singapura, Amerika Serikat,
Amerika Latin dan lain-lain tempat menyokong gerakan nasionalisme ini. Bukan
saja dari segi dana, namun juga dari segi tenaga dan organisasi. Gerakan
Dr. Sun Yat Sen membawa banyak perubahan baik di Tiongkok maupun di Nan Yang (
Hakka : Nam Jong ) kini kawasan Asia tenggara,
yakni salah satunya melalui organisasi Soe Po Sia. Gerakan inilah yang juga
membawa para Tionghoa perantauan di Indonesia kala itu untuk mendukung
dan terlibat gerakan nasionalisme Bung Karno (Soekarno) menuju Indonesia
Merdeka. Di kemudian hari, keberhasilan revolusi yang dilakukannya menjadi
contoh dan patron bagi negera-negara lainnya di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia.
Bagaimana dengan pengaruh gerakan Dr. Sun Yat
Sen孫逸仙 di Bangka Belitung? Mayoritas Tionghoa
di Bangka Belitung adalah suku Hakka (Khek),
tentunya mereka sangat menyambut baik hal ini. Tetapi alasan utamanya bukan
karena itu saja melainkan Sun Bun孫文 membawa perubahan besar dan harapan untuk
hidup lebih baik. Oleh karena itu, pada zaman itu bermunculanlah Cung Fa Fui
Kon (Tionghoa Hwe Koan), sekolah-sekolah Tionghoa, dan beberapa organisasi
Tionghoa lainnya di Bangka Belitung. Dari sinilah lahir banyak orang yang
menjadi pendukung setia bahkan kawan dekat Bung karno, seperti Bun Kin To (Tony
Wen), Dr. Lim, dll. Mereka menghayati apa itu artinya nasionalisme, bahwa
Bhinneka Tunggal Ika, persatuan dan Kesatuan akan membawa Indonesia merdeka. Tanggal 9
Oktober 2011, Hu Jin Tao Presiden Republik Rakyat Tiongkok, mengutip perkataan
Dr. Sun Yat Sen, terjemahan bebas berbunyi “Persatuan adalah harapan bagi
rakyat. Jika persatuan tercipta, rakyat akan memiliki kehudupan yang baik; Jika
tidak ,maka rakyat akan menderita”.