Pat Ngiat Pan..


Pat Ngiat Pan Hari Raya Thong Ngin Bangka Belitung

Pat Ngiat Pan” adalah sebutan dalan dialek HAKKA (khek), arti hurufiahnya adalah pertengahan bulan delapan, tanggal 15 bulan 8 . Pertengahan bulan 8 dalam kelender lunar merupakan puncak dari musim gugur pada belahan bumi bagian utara. Puncak musim gugur ini dirayakan dengan meriah menjadi festival pertengahan musim gugur atau dikenal dengan  Mid Autumn Festival atau Zhong Qiu Jie. Mengapa dirayakan dengan meriah? Kuang  menemukan 3 faktor penting. Faktor pertama, kosmologi pada saat Pat Ngiat Pan 八月半atau tanggal 15 bulan 8 ini, matahari mulai bergeser dari 23½° Lintang Utara menuju khatulistiwa, merupakan puncak antara musim panas dan musim dingin. Dimana udara tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Sehingga ada pepatah “Angin Musim Gugur Mengusap Wajah”. Selain itu malam tanggal 15 bulan 8 adalah bulan purnama paling terang sebelum Ko Ngian (Sincia), nanti akan ketemu lagi bulan purnama yang paling terang berikutnya di tanggal 15 bulan 1,  yang dikenal dengan Cap Go Meh.
Pat Ngiat Pan Hari Raya Thong Ngin Bangka Belitung
Faktor kedua mitologi, Pat Ngiat Pan 八月半atau  Tiong Ciu dalam dialek Hokkian atau Zhong Qiu中秋 dalam dialek Mandarin, peristiwa ini memiliki latar kisah mitologi dari seorang dewi bernama Chang E, dikenal juga sebagai Dewi Bulan. Chang E atau dalam dialek HAKKA (khek) disebut Chong Ngo awalnya adalah seorang dewi kahyangan yang dibuang ke bumi, karena memecahkan pot permaisuri kahyangan. Di dalam kelahirannya sebagai manusia biasa ia bertemu dan menikah dengan seorang manusia biasa bernama Hou Yi , dimana dalam cerita legenda tersebut matahari ada 10, sangat menyiksa manusia. Dengan kemampuan yang dimiliki, Hou Yi berhasil memanah 9 matahari dan menyelamatkan umat manusia di bumi. Akhirnya ia dinobatkan menjadi raja. Dalam legenda itu Hou Yi. berusaha membuat ramuan dewa dengan cara membunuh bayi baru lahir, untuk mendapat hidup abadi.Namun sayangnya sebelum obat dewa rampung dibuat, Chang E. menelannya tanpa disengaja. Karena itu, ia diburu dan dikejar, akhirnya ia nekat terjun dari tempat yang tinggi, namun ia melayang-layang dan seketika sadarlah ia bahwa dia seorang dewi. Permaisuri Kahyangan memintanya kembali ke Kahyangan, namun ia memilih untuk tinggal di bulan. Demikianlah legenda Chang E atau Chong Ngo menjadi Dewi Bulan. Makanya setiap kita membeli Kue Bulan ( Ngiat Kong Pan ) ada gambar seorang wanita melayang menuju bulan. Itu adalah Chang E, si Dewi Bulan.
Faktor ketiga sejarah, Rakyat Tiongkok dibawah dinasti Yuan (1280 – 1368 SM) mendapat tekanan dahsyat. Orang-orang Mongol tersebut membawa kesengsaraan yang besar, akhirnya menimbulkan pemberontakan. Namun kekuasaan mongol yang besar, pemberontakan dilakukan secara gerilya. Salah satu pemberontak itu adalah Liu Fu Tong劉福通 dari Anhui, Tiongkok bagian timur. Liu Fu Tong劉福通 adalah pemimpin sekte Teratai Putih dalam dialek HAKKA (khek) disebut Phak Lian Kauw. Pada zaman Raja Mongol bernama Shun順帝, Liu Fu Tong memanfaatkan momentum tanggal 15 bulan 8 八月十五 dengan membuat membagikan kue dengan pesan kue ini tidak boleh dimakan sebelum tanggal 15 bulan 8. Ternyata didalamnya terdapat sebuah selipan kertas berbunyi “bunuh orang mongol tanggal 15 bulan 8“ .Oleh karena kecerdikannya itu, misi tersebut berhasil. Semenjak saat itu, mulai timbul semangat Rakyat Tiongkok untuk mengusir penjajah mongol. Semenjak itulah Kue Bulan bukan hanya memiliki makna mitologis tetapi juga historis.
Thong Ngin Bangka Belitung merayakan Hari Raya Pat Ngiat Pan  yang jatuh setiap tanggal 15 bulan 8八月十五 kalender lunar (imlek).  Sebenarnya Pat Ngiat Pan  atauZhong Qiu Jie中秋節 BUKANLAH  hari raya keagamaan, melainkan bagian dari perayaan musim atau Hari Raya Musim Gugur. Orang Tionghoa memiliki kedekatan dengan alam, mereka punya hari raya di setiap perubahan musim. Demikian pula dengan  Tionghoa Bangka Belitung yang mayoritas suku HAKKA (khek), meneruskan tradisi ribuan tahun ini. Hal yang berkesan bagi BUKJAM saat Pat Ngiat Pan ini adalah Ngiat Kong Pan月光粄 atau Kue Bulan, ada pula Chong Kauw. Semua ada terekam dalam gambar BUKJAM diatas. Zaman dulu di Bangka sebelum listrik dikenal seperti sekarang ini, Orang-orang Tionghoa disana memasang lampion. Tergantung di tiang-tiang rumah, Lampion-lampion terang berisi lilin ramai menghiasi malam itu. Terang bulan purnama menjadi semakin gemilang, membuat orang-orang bisa keluar rumah untuk bersenda gurau dan bincang-bincang sambil makan kacang, anak-anak kecil berlari-larian sana sini, bermain-main dan berteriak nyaring. Ada keceriaan di Bangka.
height= height=
height= height= height= height=

Popular Posts

height= height= height= height=
height= height= height= height=