Perilaku remaja kian permisif terhadap seksualitas. Meski
telah memiliki pengetahuan tentang infeksi menular seksual dan setuju bahwa
hubungan seks pranikah tak boleh dilakukan sebelum menikah, jumlah remaja yang
berhubungan intim pranikah tetap tinggi.Agustin mengatakan, tidak ada korelasi sikap dan pengetahuan
remaja seputar hubungan seksual pranikah dengan perilaku seksual yang
ditunjukkannya. Berdasarkan data Sensus Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012, sebanyak 8,3 persen remaja laki-laki dan 1 persen remaja perempuan
berusia 15-24 tahun telah berhubungan seks pranikah. Mereka kebanyakan tinggal
di perkotaan.Padahal, remaja itu memiliki pengetahuan tentang pubertas,
HIV/AIDS, dan penyakit infeksi menular seksual (IMS). Bahkan, lebih dari 80
persen dari total populasi remaja yang disensus menyatakan tidak setuju dengan
perilaku seks pranikah.
Namun, ternyata perilaku seksual mereka tak berbanding lurus
dengan pengetahuan dan sikapnya. Pegangan tangan, berciuman, hingga saling
bersentuhan merupakan beberapa hal yang biasa dilakukan sebagian remaja ketika
berpacaran.Kehamilan tak diinginkan
Jatie menambahkan, remaja yang melakukan hubungan seks
pranikah kerap berakhir dengan kehamilan tidak diinginkan dan sebagian besar
dari mereka terpaksa menikah. Hal itu mengakibatkan remaja perempuan hamil kian
banyak dan melahirkan pada usia muda.
Orangtua harus mulai terbuka membicarakan pendidikan seks di
rumah. Di sekolah, pendidikan kesehatan reproduksi harus diberikan dan
lingkungan mesti turut mengontrol perilaku remaja.
Semua pihak, baik orangtua, pemerintah, maupun lingkungan,
harus menempatkan pembangunan remaja berkualitas sebagai prioritas.
Pemerintah dan lingkungan juga seharusnya menciptakan
situasi dan kondisi yang tak memungkinkan remaja memikirkan hal negatif
sehingga mereka akan tumbuh seperti yang diharapkan.
Banyak masalah pada remaja yang muncul ketika mereka
menginjak dewasa. Sementara itu, prioritas pembangunan remaja selalu saja
dikalahkan kepentingan lain.
Sementara itu, Kepala BKKBN Fasli Jalal, dalam pembukaan
seminar, menyatakan, saat ini ada 64 juta jiwa remaja di Indonesia atau 27
persen dari jumlah total penduduk. Salah satu persoalan remaja yang mencemaskan
adalah kecenderungan berhubungan seks pranikah yang dari waktu ke waktu terus
meningkat.
Menurut Fasli, BKKBN berupaya memberdayakan sebagian
remaja untuk menjadi konselor sebaya. Mereka dilatih bagaimana menjadi konselor
kesehatan reproduksi sehingga diharapkan bisa mengajak remaja lain yang perilaku
seksualnya berisiko untuk melakukan berbagai aktivitas yang positif