masih seperti dulu, waktu dia duduk dan melihat perutnya
yang kelihatan menonjol, dan waktu saya bercermin, perut ini bahkan
kelihatan
lebih besar lagi dokter”, ungkap pasien.
Banyak pertanyaan yang diajukan oleh pasien ini tentang
perutnya yang buncit itu, termasuk ukuran perut yang normal itu berapa, apa
penyebabnya, lemak yang mana yang berbahaya dan mengapa sampai bisa seperti
itu.
Seperti diketahui, sekitar 90 persen lemak tubuh kita
terdapat di bawah kulit, sisanya ada di dalam rongga perut, terletak diantara
organ dalam perut sehingga dikenal dengan lemak intra abdomen.
Lemak yang ada di panggul, yang membuat seseorang wanita
katanya bisa kelihatan lebih seksi, bahenol, dan di paha, dan juga di dinding
perut yang kelihatan seperti lipatan pada mereka yang gemuk adalah contoh
lemak di bawah kulit, yang mudah diketahui ketebalannya dengan hanya
mencubitnya. Lemak dalam rongga perut, tidak bisa diperiksa seperti memeriksa
lemak di bawah kulit, tetapi bisa diperkirakan dengan melihat besarnya perut
seseorang. Perut yang semakin menonjol, ukuran pinggang yang semakin bertambah,
apalagi dengan semakin meningkatnya umur seseorang, pada perempuan lebih
kelihatan setelah menopause, adalah sebagai tanda tumpukan lemak yang semakin
banyak, kemudian mendesak dinding perut dari dalam.
Ukuran lingkar perut yang dianggap masih normal untuk orang
Asia, termasuk Indonesia adalah 80 cm untuk wanita dan 95 cm untuk pria.
Walaupun berat badan anda dalam batas normal, kalau lingkaran perut anda
lebih besar dari ini, maka risiko anda menderita penyakit yang menjadi pembunuh
kita sekarang juga meningkat.
Kemudian, sesuai dengan pertanyaan pasien di atas, “apa
penyebabnya, bagaimana lemak dalam perut itu sampai berbahaya?”
Banyak penyebab penumpukan lemak dalam perut, prinsipnya
adalah, di samping faktor genetik, usia, jenis kelamin, kalori yang kita
konsumsi melebihi kebutuhan kita. Perubahan gaya
hidup, gaya
hidup santai, aktivitas kurang, pola makan yang tidak sehat, tinggi kalori,
stres kronis adalah penyebab utamanya.
Banyak duduk di depan TV, di belakang stir, di depan komputer,
tidak ada waktu untuk berolahraga, bangga dengan makan ala kebarat-baratan,
seperti hamburger, donut, pizza, kentang goreng, ayam crispy, dan sebagainya
adalah contoh gaya hidup dan pola makan yang membuat perut kita sekarang
semakin buncit.
Lalu, mengapa lemak yang hanya 10 persen dari total lemak di
seluruh tubuh kita yang ada dalam rongga perut itu berbahaya, dapat menjadi
biang kerok beberapa penyakit yang mematikan? dibandingkan lemak di bawah kulit
yang relatif aman?
Ternyata, menurut penelitian, lemak tidak hanya berfungsi
sebagai cadangan tenaga yang suatu ketika siap digunakan, tetapi lemak dalam
rongga perut ini secara biologis sangat aktif. Lemak ini berperan sebagi
kelenjar endokrin yang menghasikan hormon dan substansi kimiawi yang dapat mempengaruhi
jaringan lain, menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal, gangguan
metabolisme, peradangan, insulin resisten, dan gangguan imunitas.
Komponen peradangan cytokines, precursor angiotensin–
menyebabkan pembuluh darah arteri mengalami penyempitan– yang dihasilkan oleh
lemak yang bersembunyi di balik dinding perut ini meningkatkan resiko penyakit
jantung dan hipertensi
Disamping itu, lemak dalam rongga perut ini— Saya lihat
masih ada yang bangga dengan perutnya yang begitu– melepaskan asam lemak bebas
dan komponen peradangan lain secara langsung pada vena porta ( pembuluh
darah yang membawa darah dari perut bagian bawah ke hati, pankreas, dan organ
lain), masuk ke dalam hati. Asam lemak bebas ini menyebabkan produksi
kolesterol jahat (LDL) oleh hati meningkat dan kolesterol baik (HDL)
menurun, dan gula darah yang juga meningkat. Adiponectin, suatu hormon
yang ikut mengatur metabolisme lipid dan gula, produksinya menurun dengan
semakin bertambahnya timbunan lemak di rongga perut, sehingga meningkatkan
resiko penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus.
Dan, lemak yang menumpuk dalam rongga perut juga sering
menyebabkan gangguan tidur, sleep apnea, ngorok dengan nafas berhenti
secara periodik. Melalui bermacam mekanisme seperti stress hipoksia, peningkatan
hormon kortisol, hipoksia jaringan, sleep apnea dapat menyebabkan resistensi
insulin, gangguan fungsi sel beta pankreas yang memperoduksi insulin,
dislipidemi dan akhirnya peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler dan
diabetes.
Jadi, lemak yang menumpuk di (dalam) rongga perut,
tidak hanya sekedar membuat perut buncit, tetapi juga menjadi ancaman
serius penyakit kronis yang mematikan. Karena itu, jangan biarkan lemak-lemak
itu tetap bercokol di sana