Payudara yang tampak padat dan berisi umumnya lebih menarik
daripada yang kendur. Namun menurut sebuah penelitiananyar, payudara padat
relatif memiliki risiko kanker lebih tinggi.Peneliti studi Susan G Komen mengatakan, kepadatan payudara
tidak merujuk pada ukuran, namun pada jumlah lemak dan jaringan di dalam
payudara. Umumnya, wanita muda memiliki payudara yang lebih padat daripada yang
berusia lebih tua.Hal ini terjadi karena setelah memasuki menopause, wanita
mengalami penurunan jumlah jaringan pada payudara dan diganti dengan lemak,
maka kepadatan payudara pun berkurang. Kecuali, pada wanita menopause yang
menjalani terapi hormon seperti estrogen atau progestin, mungkin akan memiliki
payudara yang lebih padat dibandingkan yang tidak.Menurut studi yang dipublikasi dalam Harvard Health
Publication, payudara yang memiliki komposisi jaringan lebih banyak daripada
lemak akan membuat jaringan tumor lebih sulit terdeteksi melalui proses
skrining. Pasalnya, dalam tampilan mamogram, tumor payudara dan jaringan
sama-sama memiliki tampilan putih atau abu-abu terang. Sedangkan, sel-sel lemak akan terdeteksi dengan warna lebih
gelap sehingga kontras dengan sel tumor pada mammogram. Namun karena mammogram
masih menjadi standar emas dalam mendeteksi kanker payudara, alternatifnya,
dokter dapat menggunakan mammografi digital. Melalui alat tersebut, dokter bisa
membuat gambar lebih terang, lebih gelap, lebih besar sehingga tumor bisa
terdeteksi lebih jelas. Di sisi lain, kepadatan payudara juga memiliki hubungan
dengan risiko kanker. Tim peneliti menemukan hubungan keduanya dengan
membandingkan hasil mammografi 282 wanita dengan kanker payudara, dengan 317
wanita yang sehat. Umumnya kepadatan payudara dinilai dari tampilan pemeriksaan
mammogram oleh radiologis melalui estimasi visual, sehingga hasilnya bisa jadi
subjektif dan kualitatif. Sedangkan untuk studi ini, para peneliti menggunakan metode
yang lebih akurat dengan
menggunakan ukuran kepadatan payudara. Metode tersebut menggunakan algoritma atau rumus terbaru yang secara otomatis diterapkan pada mammogram digital. Dengan cara tersebut, algoritma akan menyingkirkan jumlah lemak sehingga kepadatan payudara pun dapat diukur secara akurat.
menggunakan ukuran kepadatan payudara. Metode tersebut menggunakan algoritma atau rumus terbaru yang secara otomatis diterapkan pada mammogram digital. Dengan cara tersebut, algoritma akan menyingkirkan jumlah lemak sehingga kepadatan payudara pun dapat diukur secara akurat.
Temuan tersebut mengungkap, pasien kanker payudara rata-rata
memiliki payudara yang lebih padat dibandingkan dengan peserta yang sehat di
usia lebih dari 50 tahun. Pada peserta yang sehat penurunan kepadatan payudara
terlihat sangat jelas setelah usia menopause, berbeda dengan pasien kanker
payudara.
Peneliti studi, Nicholas Perry dari London Breast Institute
mengatakan, ada mekanisme penurunan kepadatan payudara yang berbeda antara
wanita yang sehat dengan yang mengalami kanker payudara, khususnya bagi wanita
muda.
Oleh karenanya, Perry menekankan pentingnya pemeriksaan
payudara untuk mendeteksi dini faktor risiko kanker payudara, termasuk
kepadatannya.
"Saat ini wanita yang terdiagnosa kanker payudara
berusia semakin muda, di bawah 35 tahun. Maka sebaiknya sebelum usia 40 tahun,
sudah dilakukan pemeriksaan baik dengan mammogram, maupun MRI," sarannya.
Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak dialami
wanita, khususnya pada kalangan menengah ke atas. Menurut WHO tahun 2010, angka
kejadian kanker payudara di seluruh dunia mencapai 11 juta orang.