menyebabkan orang berlomba menghindari penyakit ini. Termasuk untuk kanker payudara yang merupakan salah satu pembunuh utama wanita.
Upaya pencegahan menimbulkan beberapa mitos yang tak perlu
dipercaya terkait kanker payudara. Berikut 2 mitos tersebut
1. Tak perlu menggunakan bra
Bra yang mengikat erat lingkar dada wanita dianggap sebagai
penyebab kanker payudara. Tidak perlu terlalu sering menggunakan bra dinilai
menjadi salah satu upaya pencegahan.
“Mitos ini timbul karena bra yang mengikat erat lingkar dada
dianggap menghambat aliran darah. Darah tersebut lantas bergumpal dan
menyebabkan kanker. Hal ini sama sekali tidak benar, penggunaan bra tidak
berhubungan dengan kanker payudara,” kata Sekjen Perhimpunan Bedah Onkologi Indonesia ,.
2. Payudara besar risiko meningkat
Mitos lain yang beredar adalah, kanker payudara lebih rentan
terjadi pada wanita berpayudara besar. Mitos ini tidak benar, karena payudara
kecil dan besar berisiko sama terkena kanker payudara.
“Mitos ini timbul karena pada payudara besar sel kanker
lebih sulit dideteksi karena tumpukan lemak yang tebal. Yang patut diwaspadai
adalah pada wanita yang kurus atau langsing tapi payudaranya besar,” jelas
Walta di depan 500 peserta dari Indonesia Cancer Care Community (ICCC).
Ads by Rich Media ViewAd Options
Kanker payudara saat ini menjadi pembunuh banyak wanita di Indonesia dan
dunia. Walta mengingatkan wanita untuk tidak segan memeriksakan payudara
selepas usia 40 tahun. Pemeriksaan haruslah menggunakan mammografi yang
memiliki sensitifitas dan keakuratan hampir 100 persen. Bila tidak mau
mammografi, sebaiknya pilih Magnetic Resonance Image (MRI) yang memiliki
kualitas sama namun lebih mahal. Jika hasilnya positif maka wanita harus segera melanjutkan
pemeriksaan, yaitu biopsi. Pemeriksaan yang bersifat diagnosis dan terapi ini
akan menjelaskan bentuk, sifat, dan perkembangan kanker. Bentuk pengobatan
disesuaikan dengan karakter kanker yang diketahui melalui hasil biopsi.
“Paling lambat satu bulan satu bulan setelah biopsi, pasien
harus segera melakukan pengobatan. Bila terlewat kesempatan kanker tumbuh
semakin besar, karena jarum biopsi seperti membuat jalan tol bagi sel menuju
permukaan. Meski begitu tidak tepat mitos yang mengatakan biopsi menyebabkan
pertumbuhan kanker semakin cepat,” terang Walta.
Bentuk pengobatan bisa menggunakan nuklir yang disebut
teknik ablasi atau kemoterapi. Kemoterapi lebih efektif diterapkan pada sel
kanker yang tumbuh dengan cepat. Akibatnya pengobatan ini mempengaruhi sel
organ yang juga tumbuh cepat misalnya rambut, kuku, dan sel darah merah.