“Kontrasepsi bukan Cuma Urusan Wanita”



Kontrasepsi seringkali diidentikkan dengan dunia wanita. Hingga saat ini, angka partisipasi dan variasi kontrasepsi bagi wanita memang lebih banyak daripada kontrasepsi bagi pria. Secara umum,
kontrasepsi bisa dibedakan menjadi kontrasepsi hormonal dan non-hormonal. Yang termasuk kontrasepsi hormonal adalah pil kombinasi (progesteron dan estrogen) yang harus diminum setiap hari, suntik progesteron yang disuntikkan per tiga bulan, serta alat yang mengandung progesteron yang disisipkan di bawah kulit, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau susuk maupun implan. Sedangkan kontrasepsi yang tidak mengandung hormone yaitu alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau intra uterine device (IUD), serta kondom.

Sampai saat ini, menurut Nafsiah, variasi alat dan obat kontrasepsi untuk pria masih terbatas pada dua pilihan, yaitu kondom dan metode operasi pria (MOP), atau yang lebih dikenal dengan istilah sterilisasi/vasektomi. Mengutip data Survei Demografi dan kesehatan Indonesia, cakupan MOP pada 2007 dan 2012 sebesar 0,2%, sedangkan penggunaan kondom sebesar 1,3% pada 2007 dan 1,8% pada 2013.

Menanggapi pendapat masyarakat seputar “boleh beranak banyak asal mampu”, Nafsiah menuturkan bahwa pengaturan kehamilan sebaiknya bukan didasarkan atas kemampuan keluarga secara ekonomi, namun lebih kepada aspek kesehatan. Ia berkeyakinan bahwa seorang ibu yang memiliki dua anak akan lebih dan mempunyai kegiatan yang produktif, bila dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak banyak.

“Upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi akan sangat sulit tanpa disertai kesadaran untuk mengatur kehamilan dari masing-masing keluarga,” tambahnya. “Bukan masalah keluarga tersebut mampu atau tidak mampu, karena hal tersebut bukan konsentrasi utama dari pengaturan kehamilan. Fokus utama adalah kesehatan dan keselamatan sang ibu dan calon bayi.”
height= height=
height= height= height= height=

Popular Posts

height= height= height= height=
height= height= height= height=