Merebaknya kasus campak di Eropa perlu diwaspadai. Apalagi
saat ini Indonesia
masih merupakan negara yang
melakukan reduksi menuju eliminasi penyakit campak."Ini berarti, masih dijumpai kasus campak di
Untuk mengantisipasi peredaran penyakit campak di Indonesia,
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus terus digalakkan, seperti mencuci
tangan setelah memegang hidung atau mulut, menutup hidung dan mulut pada saat
bersin ataupun batuk. Selain itu pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif
sampai anak usia 6 bulan dan makan dengan kandungan gizi seimbang sesuai usia
dapat mengurangi risiko terkena campak.
"Berikan imunisasi pada usia 9 bulan dan memberikan
dosis kedua pada saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) kepada anak kelas 1
SD atau setingkatnya," kata Tjandra.
Memberikan imunisasi tambahan, menurut Tjandra, diperlukan
untuk memberi kesempatan kedua bagi tubuh anak untuk membangun sistem imunitas
tubuhnya terhadap campak. Hal ini disertai pemantauan kasus di puskesmas, rumah
sakit, dan di masyarakat.
Penyebab penyakit campak adalah virus yang berasal dari
golongan paramyxovirus dengan genus morbilivirus. Gejala yang sering dijumpai
adalah demam sekitar 3 atau 4 hari diikuti dengan hidung beringus, batuk,
adanya bintik-bintik merah di tubuh, dijumpai bercak koplik yang spesifik
didapati pada kasus campak.
Komplikasi atau penyulit yang sering terjadi pada kasus
campak adalah diare sedang sampai berat, pneumonia, infeksi telinga bagian
tengah, encephalitis. Kadang-kadang terjadi kerusakan kornea sehingga
menyebabkan kebutaan permanen.
"Pengobatan virus tidak ada yang spesifik, tetapi
hanya symptomatik atau mengurangi keluhan seperti obat demam, pemberian
antibiotik bila terjadi infeksi sekunder. Yang utama adalah makan dengan gizi
seimbang dan istirahat cukup," jelasnya.
Waspada campak
Tjandra menambahkan, masyarakat Indonesia yang berada di Eropa
diminta mewaspadai serangan campak di kawasan itu. Bila perlu, anak-anak mereka
diharapkan segera mengimunisasi anaknya di fasilitas kesehatan terdekat.
Menurut dia, Kementerian Kesehatan telah berkomunikasi
dengan Kementerian Luar Negeri untuk menginformasikan keadaan di Eropa.
Kementerian Luar Negeri juga diminta mengimbau masyarakat Indonesia yang ada di sana agar waspada.
Sehubungan dengan informasi Badan Kesehatan Dunia (WHO)
bahwa campak sedang merebak di Eropa, Tjandra menyebutkan, masing-masing negara
melakukan program pengendalian penyakitnya sendiri, dan menyediakan
pelayanannya di negaranya. Mereka yang memerlukan vaksin di suatu negara dapat
menghubungi pelayanan kesehatan di negara mereka berada.