Kondisi gizi anak-anak tak banyak berubah dalam beberapa tahun terakhir. Belum tuntas masalah gizi kurang, persoalan gizi
baru akibat modernisasi muncul. Jumlah anak-anak yang mengalami kegemukan dan obesitas terus meningkat.Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementrian Kesehatan, jumlah anak yang memiliki berat badan dan tinggi badan normal di usia 6 bulan sampai 5 tahun hanya 48,6 persen. Sisanya, 5,7 persen kurus, dan 11,9 persen obesitas.
Kemudian pada kelompok umur 5-12 tahun, ada 11 persen anak yang kurus, dan 18 persen anak kegemukan. Pada tahap menjelang berakhirnya usia anak, yaitu remaja usia 16-18 tahun, jumlah remaja gemuk meningkat drastis dari 1,4 persen pada tahun 2010 menjadi 7,3 persen pada tahun 2013.
Hal tersebut senada dengan hasil temuan Flamingo Singapore. Preeti Varma, Project Director Cultural Intelligence, yang melakukan riset di beberapa negara di Asia Tenggara dan Hongkong serta China, mengungkapkan ada tren baru pola asuh anak di negara-negara ini.
"Secara umum para orangtua ingin menjadi bagian dari era modern. Sejak memiliki anak mereka berusaha mencari informasi tentang anaknya. Mereka pun menjadi lebih over protektif terhadap anaknya," ujar Preeti dalam acara yang sama. Yang menarik, ketakutkan para orangtua terhadap polusi udara dan keamanan membuat mereka menyuruh anaknya bermain di dalam rumah.
"Anak-anak juga lebih banyak bermain dengan gadget-nya. Ini bertolak belakang dengan gaya hidup di negara Barat, sekarang ini penggunaan gadget dikurangi dan anak didorong untuk bermain di luar," katanya.
Ketidakpahaman orangtua juga membuat mereka menerapkan komerdenan dimaknai salah. "Mereka sangat peduli pada keamanan pangan tapi kurang perhatian pada kandungan lemak atau kalori dalam satu makanan. Di Myanmar misalnya, orangtua sengaja memberikan softdrink atau energy drink agar mereka lebih energik," paparnya. Sementara itu, para orangtua di beberapa negara Asia masih menganggap anak yang gemuk dan tembam sebagai anak lucu. Banyak juga yang menganggap makan di restoran cepat saji adalah kegiatan untuk menyenangkan anak-anaknya.
Kampanye lain yang juga sudah dilakukan adalah Drink Move Be Strong. "Kampanye ini mendorong bahwa pola makan yang baik, asupan gizi, dan olahraga rutin, akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak,' katanya.
Mengenai komposisi gula pada produk susu Frisian Flag, Hendro mengatakan bahwa populasi umum di Indonesia masih memerlukan asupan gula. "Di Indonesia agenda utamanya masih malnutrisi. Karena itu kami juga mendorong anak-anak perlu melakukan olahraga aktif