Walau obat untuk menyembuhkan HIV/AIDS mungkin tak akan tersedia dalam beberapa tahun ke depan, tetapi para ahli terusberupaya mencari solusi untuk menekan infeksi penyakit mematikan tersebut. Salah satu terapi yang sedang dikembangkan dan cukup menjanjikan adalah sejenis krim khusus vagina untuk mencegah penularan HIV.Penelitian yang dipimpin Humberto Lara Villegas dari University of Monterray, bekerja sama dengan tim dari University of Texas. Hasilnya, menemukan nanopartikel yang mampu menyetop tranmisi virus HIV. Penelitian ini masih akan dikembangkan hingga terciptanya krim yang efektif dalam pencegahan HIV."Biasanya, pengobatan digunakan untuk melawan dan menghindari perbanyakan virus di antara sel. Namun temuan ini sangat berbeda, karena nanopartikel lansung menyerang HIV dan tidak membolehkannya masuk ke dalam sel," kata Villegas.
Dalam studi ini, peneliti menguji krim dengna menggunakan sampel jaringan dari membran mukosa leber rahim, pada skala lab.Uji ini terbukti berhasil dan mampu membentengi tubuh dari tranmisi virus hingga beberapa hari. Krim ini langsung bekerja satu menit setelah diaplikasikan. Namun, masih ada kemungkinan krim menyebabkan komplikasi atau efek samping yang, sehingga dibutuhkan riset tahan berikutnya.
Nanopartikel berwarna perak yang terdapat dalam krim ini mampu 'menempelkan' diri pada protein GP 120 yang berperan dalam infeksi HIV pada sel tubuh manusia. Nanopartikel berhasil memblok aktivitas GP 120, sehingga mampu melindungi sel tub dari infeksi HIV.Riset selanjutnya adalah menguji krim vagina ini pada tikus, yang dilanjutkan clinical trials pada manusia. Peneliti berharap krim ini juga bisa digunakan untuk infeksi menular seksual lainnya seperti Human Papilloma Virus (HPV). Nanopartikel yang berwarna perak diharapkan akan menyetop infeksi seperti halnya pada HIV.
Sebelumnya, periset pernah mengembangkan alternatif lain pencegahan HIV yaitu dual-intravaginal ring (IVR). IVR tidak hanya melindungi wanita dari infeksi HIV tapi juga kehamilan yang tidak diinginkan.
IVR adalah multipurpose prevention technology (MPT), yaitu terobosan dalam teknologi bidang kesehatan reproduksi, yang bisa digunakan di negara dunia ketiga. Pengembangan IVR disebabkan tingginya angka kehamilan yang tidak diinginkan dan infeksi HIV di Amerika Selatan dan sub-Sahara Afrika. IVR diharapkan bisa menurunkan tingginya angka infeksi dan kehamilan tak diinginkan.
Pencegahan HIV yang umum digunakan adalah menggunakan kondom atau menghindari sama sekali berhubungan seks. HIV bisa menyebar lewat cairan semen, vaginal, darah, atau ASI pada orang yang terinfeksi. Beberapa cara mudah terlura HIV adalah berhubungan seks tanpa pelindung, dan berbagi jarum atau alat suntik.Menurut National Institutes of Health (NIH), sebetulnya ada cara untuk mencegah HIV yang disebut pre-exposure prophylaxis. Cara ini digunakan pada mereka yang berisiko tinggi terinfeksi HIV,
dengan mengkonsumsi obat setiap hari. Obat ini akan mengurangi risiko seseorang terpapar HIV.
Untuk mereka yang sudah terinfeksi HIV, pengobatannya disebut post-exposure prophylaxis. Pengobatan ini juga mengharuskan konsumsi obat setiap hari, hingga bisa mengurangi infeksi akibat HIV. Beberapa wanita hamil terinfeksi HIV biasanya diberikan obat tersebut, untuk mengurangi risiko transmisi virus kepada janin.