Menopause, yang ditandai dengan berhentinya menstruasi secara alami seringkali menimbulkan keluhan seperti sengatan panas pada wajah
atau migrain. Salah satu mitos yang beredar menyebutkan konsumsi kedelai akan membantu mengatasi gejala-gejala yang mengganggu di masa menopause.Sayangnya sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa konsumsi kedelai tidak memberikan pengaruh secara signifikan kepada perempuan. Pernyataan tersebut didasarkan pada hasil studi yang melibatkan hampir 250 wanita AS yang diberikan ekstrak kedelai dalam bentuk tablet.Penelitian yang berlangsung selama dua tahun tersebut menyebutkan konsumsi kedelai tidak dapat meringankan gejala menopause seperti hot flushes (rasa panas) atau kehilangan kepadatan tulang. Penemuan ini sekaligus menepis beberapa anggapan yang mengatakan kedelai sebagai penghambat terjadinya menopause.Untuk membantu mengatasi gejala menopause, para ahli lebih menyarankan untuk menjalani metode sulih hormon (Hormone Replacement Therapy /HRT). “Saran saya adalah bahwa perempuan harus kembali mengambil menjalani metode ini. Kami menemukan bahwa tablet isoflavon kedelai tidak memberikan manfaat apapun," kata Dr. Silvina Levis, ketua peneliti.
Menurut Silvina, banyak perempuan yang tidak memilih menjalani terapi hormon dikarenakan khawatir akan efek jangka panjang seperti kanker payudara dan stroke. Sehingga mereka mencari alternatif lain yakni dengan mengonsumsi kedelai.Para peneliti dari University of Miami mengatakan kedelai bukanlah pilihan yang utama. Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang telah mereka lakukan dengan melibatkan 248 wanita menopause, yang dibagi ke dalam dua kelompok (kedelai dan plasebo).
Pada kelompok kedelai mereka menerima 200 mg tablet isoflavon kedelai setiap hari selama dua tahun, sementara wanita pada kelompok plasebo diberi pil kosong. Setelah diamati, ternyata tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara kedua kelompok tersebut terkait menurunnya gejala atau efek dari
menopause.Sementara itu, Dr Malcolm Whitehead, seorang ahli menopause, King s College Hospital, London mengatakan,