Menurut
Agustine Sukarlan Basri, Psikolog dari Universitas Indonesia, yang akrab disapa
Titien, wanita lebih banyak terserang kesepian daripada pria. Pasalnya, wanita
lebih sering melibatkan emosi dalam berbagai aspek hidupnya ketimbang pria yang
lebih praktis, pragmatis, dan rasional.
Karena masalah hidup memang berfluktuasi, maka kesepian adalah hal yang normal terjadi pada setiap manusia, baik wanita maupun pria. Namun, seiring dengan pengalaman hidup dan proses pendewasaan, biasanya kita bisa menanggulanginya dengan berbagai cara. Cara yang paling umum adalah dengan membiarkan waktu menyembuhkannya sendiri. Dengan kata lain, sampai 'akal sehat' muncul kembali.
Sayangnya, tidak semua orang mampu mengatasi rasa kesepiannya dengan mudah, sehingga lama kelamaan menjadi kronis dan berlarut-larut, dan pada akhirnya menurunkan kualitas hidup. Yang seperti ini biasanya adalah jenis orang melankolis yang gemar 'memanjakan' penderitaan mereka, atau yang selalu menganggap bahwa penderitaan mereka sebagai 'paling berat sedunia'.
Bukan hanya itu, kalau terus dimanjakan, rasa kesepian juga berpotensi 'naik kelas' menjadi kecemasan (anxiety) dan pada akhirnya depresi. Dan kalau pada dasarnya seseorang memiliki bakat gangguan jiwa, bisa jadi depresi tersebut berakhir dengan sakit jiwa dan tindakan bunuh diri -seperti kasus bunuh diri yang banyak terjadi pada selebritas dunia, seperti Marilyn Monroe, Kurt Cobain, dan Whitney Houston.
Karena itu, coba dengarkan baik-baik protes dari tubuh kita. Kalau tubuh mengatakan 'stop menyiksai diri', niatkan dan jalankan perintah itu. "Banyak cara yang bisa ditempuh. Intinya, carilah kegiatan ekstra (di luar kegiatan rutin) yang sesuai dengan minat Anda. Anda bisa menuliskan apa yang Anda rasakan, membaca buku-buku motivasi atau cerita-cerita gembira, mengikuti kursus menari atau kursus memasak yang membutuhkan konsentrasi sekaligus membuat Anda asyik, dan banyak lagi. Meskipun awalnya Anda tetap merasa kesepian, tetapi lingkungan sekitar akan 'memaksa' Anda untuk membuka diri terhadap hal-hal baru, dan pada akhirnya membuka diri untuk pergaulan dan teman-teman baru. Perlahan-lahan ruang kosong di dalam hati Anda akan terisi kembali," tutur Titien.
Persahabatan juga bisa berperan meminimalisasi risiko terserang kesepian. Apalagi bila persahabatan sudah teruji waktu, di mana kita sudah saling bisa menerima para sahabat kita apa adanya, baik sisi baik maupun sisi buruknya. Karena, kepada sahabat sejatilah kita bisa melabuhkan semua rasa sepi, cemas, takut, dan berbagai rasa negatif lainnya yang bersarang di hati dan pikiran kita. Bersama mereka pula kita bisa melakukan berbagai aktivitas yang dapat mengusir kesepian di hati kita.