Dunia sedang menghadapi epidemi obesitas. Namun, jika Anda
menganggap karena masih muda dan fit maka Anda akan terhindar dari
kegemukan,
pikir lagi. Pola makan tinggi lemak, stres, dan kurang bergerak membuat banyak
orang menderita obesitas.
Secara ilmiah, kegemukan terjadi jika asupan kalori lebih
banyak dari yang bisa dibakar tubuh. Namun, lebih dari itu, para ahli
menyebutkan ada beberapa faktor utama penyebab obesitas.
- Ketidakseimbangan kalori
Menurut Dr George Bray, pakar ternama bidang obesitas, tak
ada alasan tersembunyi dari obesitas. Banyak orang makan secara berlebihan
karena rasanya lezat.
Bray merupakan pakar yang memperkenalkan teori "kalori
masuk, kalori keluar". Kondisi tersebut tentu akan membuat berat badan
bertambah. Selain dari makanan, menurut dia, kalori dari minuman lebih
berbahaya karena mengandung fruktosa atau gula buah karena tubuh dengan mudah
mengubahnya menjadi lemak.Kalori cair juga berdampak lebih buruk dibanding makanan
padat karena masuk dengan gampang ke dalam perut. Akumulasi kalori yang tidak
terbakar ini akan menjadi lemak sehingga Anda dengan mudah menjadi gemuk meski
sudah pantang berbagai makanan.
- Gula
Mengonsumsi terlalu banyak gula akan memicu hormon insulin
yang akan memicu rasa lapar dan kalori tersebut akan disimpan sebagai lemak.
- Produksi makanan berlebihan
Dibandingkan dengan era tahun 1970-an, saat ini kita dengan
mudah mendapatkan makanan.
Dalam penelitian yang dilakukan di AS diketahui, saat ini makanan yang diproduksi untuk setiap orang mengandung 750 kalori lebih banyak. Mereka yang kegemukan adalah yang mengonsumsi kalori berlebih ini.
Dalam penelitian yang dilakukan di AS diketahui, saat ini makanan yang diproduksi untuk setiap orang mengandung 750 kalori lebih banyak. Mereka yang kegemukan adalah yang mengonsumsi kalori berlebih ini.
- Makanan sebabkan kecanduan
Menurut teori Dr David Kessler, dokter dan mantan komisioner
FDA, ada alasan mengapa orang makan terlalu banyak. Salah satu risetnya adalah
mengumpulkan bungkus makanan yang dibuang di sebuah lapangan parkir Cile.
"Kita sedang mengumpulkan lemak, gula, dan garam,
menyusunnya, lalu memasukkannya di makanan kita. Makanan seperti ini ada di
mana-mana, dapat dimakan siapa pun, dan diiklankan. Kita tinggal di sebuah
karnival makanan," ujar Kessler.
Ia meyakini bahwa industri makanan menciptakan makanan yang
sangat kaya rasa sehingga "membajak" bagian otak kita yang mengatakan
makanan itu enak. Kemudian membuat kita mau lagi dan lagi sehingga akhirnya
kita makan terlalu banyak.
- Racun
Bruce Blumberg, pakar biologi sedang meneliti obesogen. Zat
ini hadir dalam makanan, bungkus makanan dan minuman, perlengkapan mandi,
furnitur, cat, dan ratusan perabot rumah tangga yang memengaruhi hormon tubuh
kita dan meningkatkan berat badan.
Blumberg sendiri belum tahu seberapa besar pengaruh obesogen
terhadap obesitas. Namun, studi terdahulunya menunjukkan bahwa toksin juga
berperan dalam menyebabkan obesitas. Blumberg mendapati bahwa tikus yang
diberikan tributilin (TBT) menggemuk setelah makan makanan tanpa TBT atau zat
yang terdapat dalam vinyl, cat, popok, serta bulir kayu.
Memang belum ada penelitian manusia terhadap TBT, tetapi ada
dua obat diabetes yang bersifat sama seperti TBT. Kedua obat ini mengandung gen
untuk menyimpan lemak dan menyebabkan kenaikan berat badan.