Semangkuk mi instan rebus dengan telur dan irisan
cabai rawit memang godaan yang sulit ditolak. Tak heran jika mi instan termasuk
dalam
makanan siap saji yang paling banyak disukai. Namun, sebaiknya batasi
konsumsinya.Terlalu sering mengonsumsi mi intan, yakni sekitar 3
kali seminggu, akan meningkatkan risiko penyakit sindrom kardiometabolik.
Kondisi ini bisa membuat seseorang berisiko tinggi terkena penyakit jantung,
diabetes, dan stroke.Penelitian tersebut dilakukan di Amerika Serikat dan
dimuat dalam Journal of Nutrition. Menurut ketua peneliti, Dr Hyun Joon Shin,
kebiasaan mengonsumsi mi instan lebih berdampak buruk pada kaum wanita.Penelitian yang dilakukan Shin difokuskan di Korea
Selatan karena mi instan dan juga ramen merupakan favorit orang Asia. Korea
Selatan sendiri merupakan negara dengan konsumsi mi instan tertinggi di dunia.Dalam beberapa tahun terakhir ditemui peningkatan
jumlah masalah kesehatan, terutama penyakit jantung dan banyaknya orang dewasa
yang kegemukan. Atas dasar inilah Shin melakukan penelitian untuk mengetahui
kaitan antara konsumsi mi dan kesehatan.
Mi instan, seperti halnya makanan yang diproses
lainnya, mengandung garam yang tinggi. Pola makan tinggi mineral seperti ini
bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Braden Kuo, ahli
kesehatan pencernaan dari Massachusetts General Hospital di Boston. Ia
menggunakan kamera berukuran sangat kecil untuk melihat apa yang terjadi pada
organ pencernaan setelah seseorang makan mi ramen instan.
Kebanyakan mi ramen instan, menurut Kuo, mengandung
zat kimia tertiary-butyl hydroquinone (TBHQ), pengawet makanan yang merupakan
produk biobutane, yang juga dipakai dalam industri minyak.
"Hal yang paling
menarik dari percobaan ini adalah setelah satu atau dua jam, mi instan ramen
tidak mudah dipecah oleh usus dibanding dengan mi ramen yang dibuat sendiri,