Koloni bakteri secara alami memang terdapat dalam cairan
mani (semen) manusia. Namun bukannya tanpa pengaruh, koloni bakteri ini
berperan dalam penularanmaupun memperbanyak jumlah HIV di dalam tubuh pria
yang terinfeksi.Para peneliti asal AS
menemukan, mikroba dalam semen dapat menyebabkan peradangan atau inflamasi
lokal dan berperan dalam pengembangbiakan HIV dalam tubuh pria yang terinfeksi.
Mereka mengatakan, temuan ini dapat memudahkan dunia kedokteran untuk
mengurangi transmisi virus penyebab AIDS ini dengan menargetkan pada bakteri
yang ada dalam semen.Studi sejauh ini belum dapat membuktikan bakteri menyebabkan
perubahan pada tingkat HIV atau tidak. Sehingga penelitian lebih lanjut
dibutuhkan untuk membuktikannya. Studi yang diketuai oleh Lance Price dari
Translational Genomics Research Institute hanya menemukan, interaksi antara
mikroba, imunologi lokal, dan muatan virus dalam semen saling berinteraksi satu
sama lain. Meskipun HIV ditemukan paling banyak pada cairan tubuh
manusia, virus paling umum menyebar melalui semen. Dalam semen, selain sperma
juga terdapat bakteri dan faktor imun, salah satunya adalah interleukin-1beta
(IL-1b) yang berperan dalam respon tubuh terhadap peradangan. "Semakin tinggi jumlah bakteri dalam semen, semakin
tinggi pula kadar IL-1b dalam semen yang meningkatkan produksi virus yang
dikandungnya," ujar peneliti, berteori.
Dalam studi ini, peneliti menganalisis sampel sperma dari 49
gay atau pria homoseksual. Dari semua peserta, 27 dinyatakan HIV positif.
Mereka ikut serta studi ini sebelum mendapatkan pengobatan antiretroviral.
Semen kedua kelompok dibandingkan. Studi yang dipublikasi dalam jurnal PLOS Pathogens
menemukan, infeksi HIV tampaknya mengubah hubungan antara bakteri dalam semen
dengan faktor imun. Karenanya, bakteri pun akhirnya mempengaruhi jumlah virus
dan berperan dalam transmisi HIV secara seksual.
Peneliti juga menjumpai adanya perbedaan diversitas
antara bakteri yang ada pada semen pria HIV positif dengan pria tanpa HIV.
Diversitas bakteri pada pria HIV positif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
pria tanpa HIV. Namun setelah mengonsumsi obat antiretroviral, diversitas bakteri pada semen mereka kembali mendekati semen pria sehat pada umumnya.