Tubuh lemah mudah terinfeksi berbagai penyakit merupakan
kondisi yang banyak orang hindari. Untuk mencegahnya, seseorang tidak segan
menjalankan pola hidup sehat termasuk rajin konsumsi sayur, buah, dan olahraga.Meski begitu, ada beberapa mitos yang populer dan kerap
dipercaya mayarakat awam. Mitos ini dapat merusak pola hidup sehat yang
dijalani. Berikut penjelasan pakar nutrisi, Tim Crowe dari Akademi Nutrisi di
Deakin University.
1. Latihan sebabkan seseorang makan lebih banyak.
Mitos ini pada akhirnya menyebabkan seseorang berfikir
olahraga akan meningkatkan berat badan, akibat asupan yang dikonsumsi. Padahal
menurut Tim, latihan akan meluruhkan tumpukan lemak yang tidak diperlukan dalam
tubuh. Berbagai riset membuktikan, olahraga adalah cara terbaik mengurangi
lemak di tubuh. Semakin banyak seseorang bergerak, makin berkurang cadangan
lemak dalam tubuh.
2. Makanan tanpa kalori bakar lebih banyak energi.
Nyaris tidak makanan di dunia yang tidak mengandung kalori.
"Meski sepotong seledri dengan kandungan dominan air, tetap mengandung
beberapa kilojoule karbohidrat. Biasanya sekitar 65 kilojoule," kata Tim.
Tim menjelaskan tubuh membutuhkan energi untuk mengolah
makanan. Kebutuhan tersebut sama dengan kandungan energi yang ada dalam asupan.
Pada akhirnya jumlah energi yang masuk sama dengan yang keluar.
3. Metabolisme lambat sebabkan berat badan naik.
Sebagian orang menyalahkan metabolisme lambat sebagai
penyebab gagalnya diet yang dilakukan. Padahal menurut beberapa riset,
metabolisme lambat membutuhkan beberapa kilojoule dari energi simpanan dalam
tubuh. Sehingga, metabolisme lambat cenderung meningkatkan pengeluaran energi
dari dalam tubuh.
Hal ini pula yang terjadi saat berat badan meningkat akibat
simpanan lemak. Saat itu, tubuh memerlukan lebih banyak otot untuk mendukung
beban tersebut. Kesimpulannya adalah makin banyak otot yang dibentuk, makin
tinggi kecepatan metabolisme kendati sedang istirahat.
4. Olahraga sekeras mungkin.
Untuk membakar lemak sebaiknya seseorang berolahraga dengan
intensitas rendah sampai sedang. "Intensitas rendah sampai sedang membakar
lemak dengan persentase lebih banyak. Sedangkan intensitas tinggi membakar lemak
dalam satuan kilojoule lebih banyak. Intensitas rendah membantu peningkatan
berat badan dan pembakaran lemak, meski memakan waktu lebih lama," kata
Tim.
5. Merokok dan berat badan.
Sebuah mitos mengatakan, tidak merokok mengakibatkan
peningkatan berat badan. Padahal perokok berat lebih mudah mengalami
peningkatan berat badan dibanding perokok ringan. Menurut Tim, imej perokok
bertubuh kurus dikarenakan pemiliknya kerap memperlihatkan kebiasaan tersebut.
Padahal merokok memudahkan peningkatan berat badan, dibanding tidak merokok.