Jerawat, penyakit yang satu ini memang sepele. Tidak membahayakan,
tetapi menjengkelkan. Terutama bagi bagi kaum remaja usia 15 – 23 tahun.
Meski bukan golongan penyakit menular atau mengancam jiwa,
tapi kemunculannya sering merepotkan. Benarkah jerawat akan sembuh atau hilang sendiri setelah pemiliknya menikah?Mitos itu ada benarnya. Munculnya jerawat (acne) antara lain memang ada hubungannya dengan faktor hormonal. Ketika seseorang telah menikah, kerja hormon menjadi lebih seimbang sehingga jerawat akan berkurang atau hilang sama sekali.
tapi kemunculannya sering merepotkan. Benarkah jerawat akan sembuh atau hilang sendiri setelah pemiliknya menikah?Mitos itu ada benarnya. Munculnya jerawat (acne) antara lain memang ada hubungannya dengan faktor hormonal. Ketika seseorang telah menikah, kerja hormon menjadi lebih seimbang sehingga jerawat akan berkurang atau hilang sama sekali.
Sejak memasuki masa pubertas, berbagai macam
perubahan terjadi dalam tubuh seseorang, yang antara lain disebabkan oleh
hormon, terutama androgen. Hormon yang lebih banyak pada pria dan sedikit pada
wanita ini paling berperanan atas munculnya jerawat pertama.
Selama masa pubertas produksi andoregen meningkat
sehingga kelenjar lemak, sebagai ceous gland, menjadi lebih aktif memproduksi
palit (cairan berupa lemak yang berfungi menjaga permukaan kulit dan rambut
tetap lentur, mengkilap, dan tidak tembus air, serta mencegah masuknya bakteri
lewat pori-pori).
Infeksi Jerawat batu
Kalangan kedokteran menyebut jerawat sebagai acne
vulgaris (jerawat umum). Orang awam umumnya menyebut jerawat saja. Tetapi
kalangan medis membedakannya menjadi beberapa macam menurut ukuran, isi, dan
tingkat infeksinya. Maka, ada yang namanya komedo, papel (papules), pustula
(pustules), nodula (nodules), kista (cysts).
Yang disebut komedo itu berupa bintik putih atau
hitam berisi lemak yang mengeras. Mungkin karena itu ada yang menyebutnya jerawat
bat. Memang tidak sekeras batu, tapi lembek seperti nasi. Komedo akan jadi
masalah (kecantikan) kalau berkembang menjadi besar, sehingga mendesak dinding
folikel (kantung rambut) membentuk tonjolan berwarna putih kekuningan sebesar
kepela jarum pentul.
Tonjolan itu terjadi karena serpihan kulit dan
palit yang ikut mengisi dan menambah sumbatan atau folikel rambut (serpihan
kulit merupakan hasil pengelupasan permukaan kulit yang sudah mati karena
digantikan sel kulit baru).
Kalau sumbatan itu terletak agak dalam
sehingga muara kelenjar lemak (pori-pori) tertutup, disebut komedo tertutup.
Bila terletak di permukaan sehingga pori-pori tampak melebar, namanya komedo
terbuka. Karena sumbatan itu biasanya berwarna hitam, maka disebut pula komedo
hitan, Warna hitam disebabkan oleh pigmen melanin yang ikut mengendap dalam
komedo.
Komedo baru menimbulkan masalah agak serius kalau
sampai terinfeksi. Komedo yang terus membesar akibat penimbunan paliat dan
serpihan kulit yang mati menyebabkan folikel pun terus membengkak. Tekanan pada
dinding folikel menjadi sangat besar hingga dinding tersebut pecah. Isi komedo
yang berupa palit, sepihan kulit yang mati dan bakteri menyebar kejaringan
kulit di sekitar komedo, mengakibatkan peradangan.
Pada tahap infeksi ini munculnya apa yang disebut
papel, ukurannya lebih besar daripada komedo dengan sisi yang sama atau berupa
bintik merah kecil. Papel yang mengalami peradangan dinamai pustula, berkepala
kuning karena bernaha. Nodula bentuknya lebih besar daripada papel, berisi
darah dan anah. Sedangkan bentuk kista lebih gede lagi dari nodula, isinya
material lemak cair.
Penyebabnya bermacam-macam
Jerawat memang paling sering muncul di kulit
wajah, leher, dada, atau punggung. Pokoknya, pada tubuh bagian atas. Kenapa?
Pada kulit muka, punggung,l eher, dan dada paling banyak terdapat kelenjar
lemak, yakni sekitara 400 – 500 per cm. Sedangkan di bagian tubuh lainnya hanya
sekitar 100 per cm.
Tumbuhnya jerawat sebenarnya tidak hanya karena
pengaruh hormonal, tetapi juga misalnya makanan yang kandungan lemaknya tingi,
seperti coklat, keju, goreng-gorengan, kacang tanah, dll. Lalu mikroorganisme,
atau sebab lain seperti pemakaian kosmetik yang salah, konsumsi obat yang
mengandung kortisteroid, atau lingkungan yang kurang sehat (pengaruh asam
klorida, ter, minyak bumi dsb).
Tidak semua ras di dunia ini pernah disibukkan
oleh problem jerawa. Orang Jepang misalnya, pada umunya kulit wajahnya
senantiasa mulus bebas jerawat, sebab lain karena faktor genetik (keturunan),
juga iklim. Di negeri itu secara umum kelembaban udaranya rendah.
Kondisi iklim memang sedikit banyak mempengaruhi
tumbuhnya jerawat. Selama musim kemarau di Indonesia, keadaan jerawat umumnya
lebih parah daripada musim hujan. Kelembaban yang tinggi dapat memperburuk
keadaan jerawat, apalagi kalau dibarengi dengan suhu udara yang tinggi.