Pikir Dua Kali Sebelum Beri Anak Obat Parasetamol
Di musim hujan seperti ini, ragam penyakit seperti flu bisa menyerang dengan mudah terutama pada anak-anak. Ini adalah salah satu infeksi yang menyerang saluran napas atas. Demam atau suhu badan meninggi adalah gejala umum yang bisa kita temui.Untuk mengobatinya, para orangtua kerap memanfaatkan obat yang mengandung zat penurun panas, parasetamol. Namun, hati-hatilah saat menggunakannya.
Sebuah penelitian dipublikasikan dalam jurnal Toxicological Science, Senin (20/1/2014) menemukan, parasetamol bisa mengganggu perkembangan otak anak. Bahkan, obat jenis ini bisa berbahaya bagi anak-anak yang belum lahir atau yang masih ada di kandungan.
Para ilmuwan di Universitas Uppsala, Swedia membuktikan kenyataan ini. Mereka meneliti penggunaan parasetamol sebagai salah satu obat yang paling sering digunakan untuk mengobati nyeri dan demam pada anak-anak. Dengan dosis yang rendah ilmuwan-ilmuwan ini mencobakan obat ini pada tikus di usia 10 hari. Peneliti kemudian melakukan uji coba terhadap perilaku tikus saat sudah dewasa.
Hasilnya, tikus menjadi hiperaktif dan bisa menunjukkan adanya gangguan pada perilaku. Selain itu, pemeriksaan pada otak tikus membuktikan lebih rendahnya daya ingat tikus yang sudah diberi parasetamol dibanding tikus yang tak diberi parasetamol.
Para peneliti menyebutkan, penggunaan parasetamol pada tikus muda (saat otak sedang berkembang) bisa menyebabkan efek jangka panjang yang buruk pada fungsi kognitif.
Karena itu, para ilmuwan mengingatkan agar para orangtua berhati-hati pada penggunaan parasetamol untuk anak-anak.
Seperti dikutip dari Upsala Nya Tidning, salah satu peneliti Henrik Viberg menyebutkan, temuan ini menjadi alasan penting perlunya membatasi penggunaan parasetamol pada masa kehamilan dan pada anak-anak.
Lantas kapan, pemberian antidemam atau antipiretik seperti parasetamol disebut aman. Menurut para ilmuwan, pemberian yang aman adalah saat demam atau suhu badan sudah mencapai 38 derajat celsius.
Beberapa efek samping obat antipiretik yang sering muncul harus diketahui seperti mual, muntah, sakit perut, kesulitan bernapas, dan sakit kepala.
Penggunaan antipiretik, menurut para dokter, harus dibatasi hanya untuk mengurangi gejala dan membantu agar demam tak naik ke tingkat yang berbahaya.
Sebagian besar kerap menggunakan antipiretik meski demam belum parah atau sekadar mencegah demam agar tidak berulang meski sebenarnya tak ada bukti yang menunjukkan bahwa antipiretik dapat mencegah berulangnya demam.